Jumat, 21 Mei 2010

ASFIKSIA NEONATORUM




1. Pengertian Asfiksia
a. Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi, tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir (Wiknjosastro, 2006).
b. Asfiksia neonatorum adalah keadaan janin dalam rahim yang tertekan karena terjadi hipoksia atau kekurangan nutrisi (Manuaba, 1999)
2. Klasifikasi Asfiksia Neonatorum
Berdasarkan nilai APGAR, klasifikasi asfiksia neonatorum adalah :
a. Asfiksia Berat : (nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus bikarbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1-2 ml per kg berat badan, diberikan via vena umbilikus.
b. Asfiksia Sedang (nilai APGAR 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal kembali.
c. Asfiksia Ringan (nilai APGAR 7-9)
3. Faktor penyebab asfiksia neonatorum
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan memegang penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut Manuaba (1999), bahwa penyebab terjadinya asfiksia terdiri dari :
a. Faktor intrauteri
1) Keadaan ibu
a) Hipotensi (syok) dengan berbagai sebabnya.
Hipotensi ibu sebagai akibat penekanan vena cava inferior, yang dapat menimbulkan asfiksia janin dengan menurunya aliran darah uterus dan oksigenisasi (Klaus dan Fanaroff, 1998)
b) Panyakit kardiovaskuler dan paru
Ibu yang mempunyai penyakit jantung terjadi gangguan sirkulasi darah yang berakibat ibu mengalami asidosis dan sianosis sehingga pasokan O2 berkurang dan asfiksia terjadi pada janin (Mochtar, 1998)
c) Anemia / malnutrisi
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intrapartum, lahir dengan BBLR
2) Uterus
a) Kontraksi uterus yang berlebihan
b) Gangguan sistem pambuluh darah uterus
3) Plasenta
a) Gangguan pembuluh darah plasenta
b) Pendarahan pada plasenta previa
c) Solusio plasenta
d) Gangguan pertumbuhan plasenta
4) Tali pusat
a) Kompresi tali pusat
b) Simpul tali pusat
c) Lilitan tali pusat
d) Prolapsus / tali pusat terkemuka
5) Fetus
a) Infeksi intrauterine
b) Gangguan pertumbuhan intrauteri
c) Pendarahan pada janin
d) Anemia-gangguan pembentukan darah janin.
b. Faktor umur kehamilan
1) Persalinan premature
2) Persalinan presipitatus
3) Persalinan lewat waktu
c. Faktor persalinan
1) Persalinan memanjang/ terlantar
2) Persalinan dengan tindakan operatif
3) Persalinan dengan induksi
d. Faktor buatan (iatrogenic)
1) Sindrom hipotensi supinasi (posisi tidur)
2) Asfiksia intrauteri pada induksi persalinan
3) Asfiksia intrauteri pada persalinan dengan anesthesia.
(Manuaba, 1999).


Referensi
Manuaba, IBG. (1998). Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, H. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

tanda bahaya kehamilan



TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN

1. Pengertian
Tanda bahaya kehamilan adalah tanda -tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan/periode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Pusdiknakes, 2003).
2. Macam-macam tanda-tanda bahaya kehamilan
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi saat kehamilan dimana perdarahan itu bisa terjadi pada hamil muda dan hamil tua dan biasanya jarang yang normal. Perdarahan ringan mungkin pertanda dari servik yang rapuh(erosi) perdarahan ini mungkin normal atau mungkin suatu tanda adanya infeksi.
Pada awal kehamilan, perdarahan yang tidak nirmal adalah yang merah, perdarahan yang banyak, atau perdarahan dengan nyeri.Perdarahan ini dapat berarti abortus,kehamilan mola atau kahamilan ektopik.Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak nirmal adalah merah, banyak dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu disertai dengan rasa nyari. Perdarahan semacam ini bisa berarti plasenta previa taau solusio plasenta.
b. Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau terbayang.
Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari eklampsi.


c. Penglihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan (ringan) adalah normal.Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnyan pandangan kabur atau terbayang. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang habat dan mungkin merupakan suatu tanda pre-eklamsi.
d. Bengkak pada muka atau tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan pertanda anemia, gagal jantung dan pre-eklampsi.
e. Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalahyang mengancam keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, solusio plasenta, infeksi saluran kemih dan infeksi lain.
f. Gerakan bayi melemah
Ibu mulai merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke- 6. Beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik (Pusdiknakes, 2003).
g. Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ÂșC dalam kehamilan merupakan suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan. Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, mi num banyak dan mengompres untuk menurunkan suhu (Saifuddin,2002).Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala –gejala penyakit. Pada infeksi berat dapat terjadi demam dan gangguan fungsi organ vital. Infeksi dapat terjadi selama kehamilan, persalinan dan masa nifas (Pusdiknakes, 2003).
h. Muntah yang terus menerus
Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah yang sampai mengganggu aktifitas sehari -hari dan keadaan umum menjadilebih buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro,2002).
i. Keluar air ketuban sebelum waktunya
Yang dinamakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi sebelum persalinan berlangsung yang disebabkan karena berkurangnya kekuatan membran atau meningkatnya tekanan intra uteri atau oleh kedua faktor tersebut, juga karena adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan servik dan penilaiannya ditentukan dengan adanya cairan ketuban di vagina. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan tes lakmus (nitrazin test) merah menjadi biru (Saifuddin, 2002).


Referensi
Dinkes. 2007. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jepara; Dinas Kabupaten Jepara.

Pusdiknakes. 2003. Asuhan Antenatal. Jakarta; Pusdiknakes-WHO- JHPIEGO.

Saifuddin. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Varney, H. 2001. Buku Saku Bidan. Jakarta; EGC.